Oleh: Iskandar Syaiful Badran di Khilafah
Hukum mengangkat Khalifah (kepala negara), termasuk mendirikan Khilafah, tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama kaum Muslim, yaitu fardhu. Hanya saja, apakah fardhu ‘ain atau fardhu kifayah, memang ada perbedaan pendapat. Al-’Allamah al-Mardawi, dari mazhab Hanbali, dalam Bab Qital Ahl al-Baghy, menyatakan, “Mengangkat Imam (kepala negara) hukumnya fardhu kifayah.” Dalam kitab al-Furu’, dia menegaskan, “Hukumnya fardhu kifayah menurut pendapat yang paling tepat.” Pada bagian yang lain, dia menegaskan kembali, bahwa mengangkat Imam hukumnya fardhu kifayah menurut mazhab yang sahih.1
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Imam an-Nawawi, Zakaria al-Anshari, al-Khathib as-Syarbini, az-Zujaji, al-Bujairimi dan al-Jamal bin Sulaiman; semuanya dari mazhab Syafii, bahwa hukum mendirikan Imamah (Khilafah) adalah fardhu kifayah.2
Dalam kitab Rawdhah ath-Thalibin wa ‘Umdah al-Muftin, Imam Al-Hafidz Abu Zakaria An-Nawawi Mazhab Asy-Syafi’i menyatakan:
اَلْفَصْلُ الثَّانِيْ فِيْ وُجُوْبِ الإِمَامَةِ وَبَيَانِ طُرُقِهَا: لاَبُدَّ لِلأُمَّةِ مِنْ إِمَامٍ يُقِيْمُ الدِّيْنَ، وَيَنْصُرُ السُّنَّةَ، وَيَنْتَصِفُ لِلْمَظْلُوْمِيْنَ، وَيَسْتَوْفِيَ الْحُقُوْقَ وَيَضَعُهَا مَوَاضِعَهَا. قُلْتُ: تَوَلَّي الإمَامَة فَرْضُ كِفَايَةٍ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ مَنْ يَصْلُحُ إِلاَّ وَاحِداً، تَعَيَّنَ عَلَيْهِ وَلَزِمَهُ طَلَبُهَا إِنْ لَمْ يَبْتَدِئُوْهُ
Pasal Kedua tentang Kewajiban Adanya Imamah (Khilafah) dan Penjelasan tentang Tatacaranya: Umat harus mempunyai seorang imam (khalifah) yang menegakkan agama, membela as-Sunnah, dan membela hak-hak orang yang dizalimi, menunaikan hak-hak dan menempatkannya pada tempatnya. Aku (an-Nawawi) berkata: Mendirikan Imamah (Khilafah) hukumnya fardhu kifayah. Jika tidak ada orang yang layak, kecuali hanya satu, maka kewajiban tersebut berubah menjadi fardhu ‘ain bagi dirinya. Dia pun harus dicari, jika mereka tidak mulai (dengan) mengangkatnya.3
Imam Al-hafidz Zakaria Al-ansohri Mazhab asy-Syafi’i dalam Fathul Wahab bi Syarhi Minhajith Thullab, dan Syeikh Sulaiman Al-Bajairimi Mazhab asy-Syafi’i dalam Hasyiyah Al-bajayrimi ala Al-Khatib menyatakan:
في شروط الامام الاعظم، وفي بيان طرق انعقاد الامامة، وهي فرض كفاية
“… tentang syarat-syarat Imam yang agung serta penjelasan metode-metode in’iqadnya Imamah. Mewujudkan Imamah yang agung itu adalah fardhu kifayah”.
Imam Abu al-Hasan Al-Mardawiy Al Hanbali dalam Al Inshaaf fii Ma'rifatir Rajih minal Khilaf ala Madzhabil Imam Ahmad bin Hanbal berkata:
فَرْضُ كِفَايَةٍ ... نَصْبُ الْإِمَامِ.
“Mengangkat Imam itu adalah fardhu kifayah”.
Imam Al-Bahuti Mazhab Hanafi dalam Kasyful Qanaa' ‘an Matnil Iqnaa' berkata:
...( نَصْبُ الْإِمَامِ الْأَعْظَمِ ) عَلَى الْمُسْلِمِينَ ( فَرْضُ كِفَايَةٍ )...
“…(mengangkat Imam yang agung itu) atas kaum Muslim (adalah fardhu kifayah).”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar